Pages

Riko Septyan Nor Saputra. Powered by Blogger.

Saturday, April 15, 2017

Persepsi Mahasiswa terhadap Program Studi S-1 yang Dipilih pada Mahasiswa S-1 Universitas Negeri Semarang

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP
PROGRAM STUDI S-1 YANG DIPILIH PADA
MAHASISWA S-1 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikodiagnostik III : Wawancara









Disusun Oleh :
Riko Septyan Nor Saputra (1511413127)



Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Semarang
2015
________________________________________________________________________

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang....................................................................................................... 1

B.       Tujuan Wawancara................................................................................................. 4

C.       Manfaat Wawancara .............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pengertian Persepsi................................................................................................. 5
B.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi........................................................... 6
C.       Aspek-aspek Persepsi ..........................................................................................  12
D.      Panduan Wawancara (Interview Guide) .............................................................. 13
BAB III HASIL WAWANCARA
A.      Interviewee 1
a.       Identitas Interviewee 1................................................................................... 16
b.      Deskripsi Interviewee 1.................................................................................. 16
c.       Lembar Persetujuan Interviewee 1................................................................. 17
d.      Transkrip Wawancara Interviewee 1.............................................................. 18
e.       Dinamika Psikologis Interviewee 1................................................................ 68
B.       Interviewee 2
a.       Identitas Interviewee 2.................................................................................... 70
b.      Deskripsi Interviewee 2................................................................................... 70
c.       Lembar Persetujuan Interviewee 2.................................................................. 71
d.      Transkrip Wawancara Interviewee 2............................................................... 72
e.       Dinamika Psikologis Interviewee 2............................................................... 104
C.      Interviewee 3
a.       Identitas Interviewee 3.................................................................................. 106
b.      Deskripsi Interviewee 3................................................................................. 106
c.       Lembar Persetujuan Interviewee 3................................................................ 107
d.      Transkrip Wawancara Interviewee 3............................................................. 108
e.       Dinamika Psikologis Interviewee 3............................................................... 126
D.      Interviewee 4
a.       Identitas Interviewee 4.................................................................................. 128
b.      Deskripsi Interviewee 4................................................................................. 128
c.       Lembar Persetujuan Interviewee 4................................................................ 129
d.      Transkrip Wawancara Interviewee 4............................................................. 130
e.       Dinamika Psikologis Interviewee 4............................................................... 157
E.       Interviewee 5
a.       Identitas Interviewee 5.................................................................................. 159
b.      Deskripsi Interviewee 5................................................................................. 159
c.       Lembar Persetujuan Interviewee 5................................................................ 160
d.      Transkrip Wawancara Interviewee 5............................................................. 161
e.       Dinamika Psikologis Interviewee 5............................................................... 187
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 189
 
________________________________________________________________________ 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah melepas status sebagai siswa-siswi SMA dan sederajat, para pelajar pastinya akan disibukkan dalam menentukan langkah berikutnya. sehingga mendorong mereka dalam melakukan pemilihan program studi S-1. Sebagian besar siswa melanjutkan jenjang studinya di bangku kuliah. Sistem penerimaan mahasiswa S-1 di Indonesia yang sangat ketat mengharuskan calon mahasiswa untuk bersaing secara kuat demi memasuki universitas dan program studi yang diinginkan. Pemilihan program studi dan eksplorasi karier pada remaja akan menghadapkan remaja pada proses pengambilan keputusan (decision making). Pengambilan keputusan pada siswa-siswi tersebut yang berhubungan dengan eksplorasi karier akan dipengaruhi oleh orangtua. Orang tua melalui aspirasinya membantu perkembangan eksplorasi karier remaja dengan memberi dukungan dan sumber daya konstruktif yang bisa digunakan remaja dalam pengambilan keputusan karier.

Pengambilan keputusan dalam pemilihan program studi S-1salah satunya didasarkan pada persepsi individu tentang program studi yang sudah dipilihnya. Ada beberapa mahasiswa yang memiliki perbedaan persepsi tentang program studi yang sedang ditempuhnya sekarang dengan persepsi sebelum kuliah di program studi yang akan dipilihnya tersebut. Hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang program studi yang dipilihnya tersebut ketika masih menjadi pelajar SMA. Ada mahasiswa yang memilih program studi karena memiliki persepsi bahwa program studi tersebut keren atau berbobot, ada juga yang memilih program studi tersebut karena mempersepsi bahwa program studi yang dipilihnya mudah untuk dipelajari, dan lain sebagainya. Kesalahan mahasiswa dalam mempersepsi program studinya seperti menggangap bahwa program studi yang dipilihnya itu mudah untuk dipelajari dan ternyata setelah menjalani kuliah di program studi tersebut justru sulit baginya untuk mempelajarinya. Hal ini membuat mahasiswa tersebut memiliki persepsi yang awalnya positif menjadi negatif dalam memandang program studinya tersebut. Persepsi yang negatif tentang program studi yang sedang ditempuh mahasiswa tersebut bisa disebabkan salah satunya karena paksaan orang tua atau yang paling parah adalah salah memilih program studi S-1.

Banyak sekali mahasiswa yang salah dalam memilih program studi S-1. Dalam lingkup Universitas Negeri Semarang, cukup banyak mahasiswa S-1 yang peneliti tanya dalam percakapan yang santai dan hasilnya adalah beberapa dari mereka para mahasiswa yang sedang menempuh program studi S-1 di Universitas Negeri Semarang melakukan kesalahan dalam melakukan decision making. Kesalahan dalam decision making ini membuat remaja tersebut salah memiliki program studi, atau dalam istilah orang awam adalah salah jurusan kuliah. Banyak faktor-faktor yang melatar belakangi hal tersebut. Kebingungan dalam memilih merupakan salah satu dari penyebabnya, karena sewaktu SD sampai SMA mahasiswa tersebut harus mempelajari banyak mata pelajaran di sekolah, sehingga mereka bingung ketika harus melakukan decision making dalam memilih program studi S-1.

Ketika mereka ditanya kenapa bisa salah memilih program studi, sebagian hanya mengatakan dulu mereka belum tahu perihal program studi tersebut. Ada juga mahasiswa yang memang menginginkan program studi yang lain, tetapi dia terpaksa memilih program studi apa adanya karena kemampuan akademik yang kurang memadai. Ada pula yang bingung alasan apa yang membuat dia mengalami salah program studi. Pada akhirnya mahasiswa yang merasa tidak seirama dengan program studi yang telah dijalaninya mencoba untuk mendaftar kembali jurusan yang diinginkan menurut mereka. Hal ini disebabkan juga oleh persepsi atau pandangan mereka bahwa program studi yang lain lebih baik dari dari program studi yang sedang dijalaninya sekarang.
Kesalahan dalam memilih program studi S-1 membuat mahasiswa yang masih berusaha bertahan untuk kuliah cenderung membenci atau memiliki persepsi yang negatif tentang program studi yang sudah terlanjur dipilihnya tersebut, karena mau tidak mau mahasiswa tersebut harus tetap melanjutkan kuliah. Keterpaksaan ini yang merupakan kaibat dari persepsi yang negatif bisa membuat prestasi akademiknya tidak maksimal atau mungkin justru menjadi buruk. Konsukuensi yang akan mahasiswa hadapi jika memutuskan untuk keluar kuliah dan pindah di program studi yang lain adalah kemarahan orangtua dan kesia-siaan dalam membiayai kuliah di program studi yang salah dipilih. Selain karena salah program studi, beberapa mahasiswa juga kuliah di program studi karena dipaksa orangtuanya. Hal ini bisa jadi karena orangtua tersebut memiliki cita-cita yang tidak tercapai, sehingga melimpahkan cita-citanya kepada anaknya untuk kuliah di program studi yang di cita-citakan oleh orangtuanya tersebut. Mahasiswa yang dipaksa kuliah di program studi yang tidak disukainya tersebut pastinya memiliki berbagai macam persepsi yang mungkin terpendam dan menjadi tekanan.
Persepsi mahasiswa tentang program studi yang sudah dipilihnya ini berhubungan dengan kebahagiaan. Banyak sekali mahasiswa yang mengeluh tentang tugas-tugas kuliahnya dan hal ini membuat mahasiswa tersebut tidak bahagia karena tidak menikmati proses untuk bisa mendapatkan gelar S-1. Selain itu, persepsi yang negatif seperti menggangap program studi yang dipilihnya itu sulit juga menjadi masalah tersendiri bagi beberapa mahasiswa. Beberapa mahasiswa ada yang memiliki persepsi yang baik mengenai program studi pilihannya karena sudah kuliah di program studi yang sesuai minat dan bakatnya, namun yang menjadi masalah adalah mahasiswa tersebut bingung tentang prospek kerja dari program studi yang dipilihnya.
Persepsi mahasiswa tentang program studinya dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah nama baik dari universitas yang dipilih dan juga akreditasinya. Universitas yang ternama dan memiliki akreditasi yang baik belum tentu memberikan persepsi yang baik kepada mahasiswa tersebut. Peneliti pernah menanyai mahasiswa S-1 yang program studinya memiliki akreditasi yang baik dan universitas yang ternama, ternyata persepsinya tentang program studi yang sedang dijalaninya tersebut cukup negatif. Mahasiswa tersebut menyatakan bahwa program studinya tidak berkualitas, karena dosennya memberikan materi kuliah yang sekedarnya yang membuat mahasiswa tersebut menjadi terhambat dalam perkembangan belajarnya. Selain itu, lingkungan kuliahnya seperti antara senior dan junior kurang baik, sehingga mahasiswa tersebut memiliki persepsi yang semakin kurang baik tentang program studinya.
B. Tujuan Wawancara
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam persepsi dan pandangan yang ada pada mahasiswa S-1 Universitas Negeri Semarang tentang program studi yang sudah dipilihnya.

C. Manfaat Wawancara
Secara teoritis, praktikum wawancara ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial supaya psikologi sosial bisa mengembangkan bidang keilmuannya dalam hal persepsi. Selain itu, wawancara ini juga bermanfaat untuk pengembangan psikologi pendidikan. Teori dalam pengajaran guru pada pelajar dan dosen pada mahasiswa bisa menjadi lebih berkembang.
Secara praktis, wawancara ini bermanfaat dalam memberikan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa, dosen, guru, pelajar, dan orangtua tentang berbagai macam persepsi serta pandangan mahasiswa S-1 Universitas Negeri Semarang tentang program studi S-1 yang dipilih mahasiswa tersebut. Mahasiswa akan memiliki manfaat berupa pengetahuan tentang temannya yang sama-sama mahasiswa  dalam mempersepsi atau memaknai program studi yang dipilih, sehingga mahasiswa tersebut bisa lebih memahami temannya. Dosen akan lebih bisa memahami alasan-alasan mahasiswanya yang memilih program studi yang sedang ditempuh sekarang ini. Guru akan lebih bisa membimbing dan mengarahkan siswa-siswinya terutama pada tingkat SMA dalam pemilihan program studi. Pelajar khususnya tingkat SMA akan memahami berbagai macam persepsi mahasiswa yang sudah memilih program studi S-1, sehingga pelajar tersebut bisa mengambil pelajaran berupa pengalaman dari mahasiswa tersebut dan lebih terarah untuk memilih program studi nanti. Orangtua akan bisa mengarahkan anaknya yang masih menjadi pelajar SMA dalam memilih program studi S-1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.      Pengertian Persepsi
Maramis (Sunaryo, 2002) mengatakan bahwa persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu  mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Terdapat juga definisi dari persepsi, dimana persepsi diartikan sebagai seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan indrawi yang kita terima dari stimuli lingklingkungan (Epstein & Rogers dalam Sternberg 2008).
Desirato (1976) mengemukakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberi makna pada stimuli inderawi. Walgito (1997) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris. Proses tersebut tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut  diteruskan yang merupakan proses persepsi.
 Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecap, dan kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957). Stimulus yang diindera itu kemudian diorganisasikan dan interpretasikan oleh individu, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diinderanya tersebut, dan proses ini disebut persepsi. Stimulus itu merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel, 1969). Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya, sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam dalam diri individu. Dalam penginderaan, individu akan mengaitkan stimulus, sedangkan dalam persepsi akan mengaitkan dengan objek (Branca, 1964).
Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu sendiri. Sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersumber dari alat indera penglihatan. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama. Oleh karena itu, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain karena persepsi bersifat individual (Davioff, 1981; Rogers, 1965).
Dari berbagai tokoh yang sudah mendefinisikan serta menjelaskan tentang persepsi, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat inderawi kita.

B.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
a.    Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b.    Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu, harus ada ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon, maka diperlukan syaraf sensoris.
c.    Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi, maka diperlukan adanya perhatian. Ini merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Sugiyo (2005) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut.
1.        Faktor Situasional
Faktor situasional yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:
a.   Deskripsi verbal, apabila kita mengatakan pada seseorang bahwa calon pasangan orang tersebut adalah cerdas, rajin, lincah, kritis, kepala batu dan dengki. Maka orang tersebut akan membayangkan bahwa calonnya adalah orang yang “bahagia”, “humoris”, dan “mudah bergaul.” Apabila rangkaian kata-kata dibalik yaitu dimulai dari dengki, kepala batu, kritis, lincah, rajin dan cerdas, maka kesan orang tersebut pada calonnya akan berubah. Hal ini berarti kata pertama akan mengarahkan penilaian. Pengaruh kata pertama ini disebut dengan istilah primacy effect.
b.  Petunjuk proksemik.  Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak atau ruang dan waktu dalam menyampaikan pesan. Istilah ini dikemukakan oleh antropolog interkultural Edwar T. Hall. Menurut Hall bahwa keakraban seseorang dengan orang lain akan diinterpretasikan dari jarak mereka.
c.   Petunjuk kinestik, adalah suatu petunjuk dalam mempersepsi orang lain berdasarkan gerakan orang tersebut atau pada petunjuk kinestik. Melalui petunjuk kinestik ini kita dapat mempersepsi orang lain yang relatif tepat karena petunjuk ini merupakan stimuli yang sukar untuk dimanipulasi.
d.  Petunjuk wajah, seperti halnya petunjuk kinesik, penunjuk wajah dapat digunakan untuk memberikan persepsi yang dapat diandalkan. Petunjuk wajah ini bersifat universal artinya orang dari berbagai penjuru dunia akan memberikan persepsi yang sama dan konsisten terhadap petunjuk wajah dari orang lain.
e.   Petunjuk paralinguistik adalah cara bagaimana orang mengucapkan lambing-lambang verbal. Jadi kalau petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan, maka petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Petunjuk ini berupa kata-kata yang diucapkan misalnya nada suara, dalam penekanan kata-kata tertentu, dan dalam memberikan saat-saat berhenti dalam kalimat.
f.   Petunjuk arifaktual yaitu petunjuk yang meliputi segala macam penampilan tubuh, komestik yang dipakai, baju, tas, pangkat dan atribut-atribut lain. Secara umum orang akan memberikan persepsi positif terhadap wanita cantik bila dibandingkan dengan wanita yang jelek.
2.        Faktor Personal
Faktor personal yang secara langsung mempengaruhi kecermatan persepsi adalah :
a.  Pengalaman, maknanya adalah bahwa semakin orang mempunyai pengalaman akan semakin cermat dalam mempersepsi orang lain.
b.  Motivasi maknanya adalah bahwa apabila seseorang mempunyai motivasi terhadap seseorang maka persepsinya cenderung bias dan tidak objektif.
c.  Kepribadian dalam kasanah psikologi dengan istilah proyeksi sebagai salah satu pertahanan ego. Orang yang banyak melemparkan kesalahan pada orang lain akan tidak cermat dalam melakukan persepsi. Orang yang tenang, mudah bergaul, dan ramah cenderung memberi penilaian yang positif pada orang lain. Peristiwa ini serng disebut dengan istilah Ieniency effect.
d.  Intelegensi sesorang akan mempengaruhi kecermatan dalam mempersepsi orang lain, artinya bahwa semakin cerdas seseorang persepsinya akan lebih objektif bila dibandingkan dengan orang yang intelegensinya rendah.
e.  Kemampuan untuk menarik kesimpulan atas perilaku orang lain akan mempengaruhi kecermatan dalam persepsi.
f.   Mereka yang memperoleh angka rendah dalam tes otoritarianisme, cenderung menilai orang lain dengan lebih baik dan hal ini akan menyebabkan persepsinya menjadi tidak objektif.
g.   Mereka yang mempunyai tingkat objektivitas tinggi mengenai diri mereka sendiri, cenderung memiliki wawasan yang baik atas perilaku orang lain.
Menurut Wade dan Carol (2007) terdapat beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi bagaimana kita mempersepsikan serta apa yang kita persepsikan. Berikut ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh :
a.    Kebutuhan. Ketika membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau menginginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan tersebut (Wispe & Drambarean dalam Wade dan Carol, 2007)
b.    Kepercayaan. Apa yang kita anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu.
c.    Emosi. Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi sensorik.
d.   Ekspetasi. Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan dunia (Lachman dalam Wade dan Carol, 2007). Semua kebutuhan, kepercayaan, emosi, dan ekspetasi kita dipengaruhi oleh budaya dimana kita tinggal. Budaya yang berbeda memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengan lingkungan yang berbeda.
Dalam sumber lain mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :
a.    Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu, diantaranya :
1.    Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, yang selanjutnya akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2.    Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi setiap orang berbeda-beda, sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
3.    Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
4.    Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
5.    Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6.    Suasana hati
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
b.    Faktor Eksternal
Persepsi dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor seperti ini merupakan faktor eksternal, yang berupa :
a.    Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
b.    Warna dari objek-objek
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
c.    Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
d.   Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.
e.    Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.

C.      Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya persepsi adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
a.    Komponen Kognitif
Komponen kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.
b.    Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang, jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
c.    Komponen Konatif
Komponen konatif yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (Gerungan, 1996) menyatakan bahwa ada tiga komponen yang membentuk struktur persepsi, yaitu:
a. Komponen Kognitif (komponen perseptual)
Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen Afektif (komponen emosional)
Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
c. Komponen Konatif (komponen perilaku)
Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.


    Panduan Wawancara (Interview Guide)
Sub Unit Analisis
Pertanyaan
1.    Komponen Kognitif
(komponen perseptual)
a.       Apa saja yang diketahui subjek tentang program studi yang dipilihnya?
b.      Kapan subjek pertama kali mengenal program studi tersebut?
c.       Apa yang subjek pikirkan ketika pertama kali mengetahui program studi tersebut?
d.      Apakah alasan subjek memilih program studi tersebut?
e.       Apakah subjek merasakan adanya perbedaan pandangan sebelum kuliah dan sesudah kuliah tentang program studi yang sudah dipilih?
f.       Bagaimana pandangan subjek mengenai program studi yang dipilihnya dibandingkan program studi yang tidak dipilihnya?
g.      Apakah subjek merasa bahwa program studi yang dipilihnya sudah sesuai dengan minat dan bakatnya? Apa alasan subjek?
h.      Apakah pandangan subjek tentang program studi yang dipilihnya sama dengan pandangan orangtuanya?
i.        Seberapa besar orang tua mempengaruhi subjek dalam memilih program studi?
j.        Seberapa besar keyakinan subjek tentang kesuksesan dalam hidupnya dengan memilih program studi yang sedang dijalaninya sekarang? Apa alasan subjek?
2.    Komponen Afektif
(komponen emosional)
a.       Apakah harapan subjek dengan program studi yang dipilihnya? Apa alasan subjek?
b.      Apakah subjek merasa bahagia dengan program studi yang dipilihnya? Apa alasan subjek?
c.       Apakah subjek merasa menyesal dengan program studi yang dipilihnya? Apa alasan subjek?
3.    Komponen Konatif
(komponen perilaku)
a.       Apakah subjek akan tetap bertahan kuliah di program studi yang dipilihnya sampai lulus atau akan pindah program studi? Apa alasan subjek?
b.      Apakah subjek akan berkarir sesuai dengan program studinya nanti setelah lulus atau berkarir yang bertolak belakang dengan program studi yang dipilihnya? Apa alasan subjek?
c.       Apa yang akan dilakukan subjek jika cita-citanya gagal?
 


BAB III
HASIL WAWANCARA

A.    Interviewee 1
1.    Identitas Interviewee 1
a.    Nama                 : IB
b.    Usia                   : 19 tahun
c.    Jenis Kelamin    : Perempuan
d.   Pendidikan        : Mahasiswi S-1
e.    Program Studi   : Psikologi
f.     Semester            : 2 (dua)
g.    Kota Asal          : Pati
2.    Deskripsi Interviewee 1
IB merupakan mahasiswi program studi psikologi semester 2 di Universitas Negeri Semarang. Ia berasal dari kota Pati yang sekarang ini berusia 19 tahun. IB merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara, semua kakaknya sudah bekerja. IB lulus SMA dengan jurusan IPA. Orang tuanya sudah pensiun dan membiayai kuliah IB dengan dana pensiun. Untuk membiayai kuliah, orang tua IB selain memakai dana pensiun juga bekerja di sawah sebagai petani. Kondisi ekonomi orang tua IB termasuk kurang baik. Sejak awal intervieweer mengenal IB ketika IB semester 1, ia mengatakan bahwa ia memilih program studi psikologi hanya asal-asalan dan merasa salah jurusan. Awalnya ia memiliki persepsi bahwa kuliah di psikologi itu mudah, namun ternyata ketika sudah menjalani kuliah justru terasa berat dan tertekan. Ia akan tetap berusaha bertahan kuliah di psikologi sampai lulus, walaupun sebenarnya tidak menyukai psikologi. Hal tersebut dilakukannya demi membahagiakan orang tuanya. Ia memiliki persepsi yang kurang baik tentang program studinya karena tidak menyukainya.

5.      Dinamika Psikologis Interviewee 1
Subjek baru mengetahui program studi psikologi ketika akan memasuki kuliah dan hal tersebut disarankan oleh omnya. Subjek memahami program studinya psikologi hanya sebatas ilmu yang mempelajari kejiwaan manusia. Subjek tidak mempunyai inisiatif untuk mencari seluk-beluk tentang program studinya, baik diinternet maupun media informasi yang lain. Subjek kurang mengerti secara luas dan detail tentang program studinya, yang diketahui hanya lulusan psikologi bisa menjadi HRD. Subjek memilih kuliah di psikologi karena bercita-cita menjadi HRD, namun tidak menyukai konsentrasu PIO (Psikologi Industri dan Organisasi). Subjek akan memilih konsentrasi berdasarkan dosen yang enak.
Bagi subjek, kuliah di psikologi itu membuat tertekan karena harus menghapal materi kuliah yang cukup banyak. Subjek merasa tidak berminat dan tidak berbakat dibidang psikologi, namun tetap akan bertahan kuliah sampai lulus demi membanggakan orang tuanya. Subjek memiliki minat baca yang sangat rendah dengan materi bacaan yang berkaitan dengan psikologi. Subjek memiliki minat untuk menjadi pengajar, namun tidak mau memilih konsentrasi pendidikan karena takut dengan salah satu dosen dibidang psikologi pendidikan. Subjek ingin pindah program studi, namun hal tersebut tidak dilakukan karena keterbatasan dalam ekonomi. Pada dasarnya subjek tidak bahagia kuliah di psikologi, namun tetap berusaha untuk menyukainya.
Dulu subjek memiliki cita-cita ingin menjadi guru matematika, namun guru SMA mata pelajaran matematikanya bilang bahwa kuliah di jurusan matematika itu sulit. Hal tersebut membuat subjek tidak ingin kuliah jurusan matematika. Subjek lalu berganti cita-cita ingin menjadi guru SD. Ketika SD, subjek memiliki cita-cita menjadi dokter, sampai pernah meraih juara 2 dokter kecil ketika SD.  Ketika SMP, subjek berganti cita-cita menjadi pegawai Bank. Terakhir bercita-cita dibidang psikologi karena menganggap psikologi itu mudah.
Subjek tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah S-2. Orang tua subjek memberika kebebasan dalam memilih program studi, dengan syarat subjek harus komintmen menjalani kuliah yang menjadi pilihannya. Orang tua tidak pernah menuntut subjek dalam memilih cita-cita. Subjek sangat optimis bahwa program studinya akan membuatnya sukses di masa depan.
Subjek memiliki persepsi bahwa semakin tambah semester, maka beban kuliahnya akan bertambah. Subjek memiliki kekhawatiran tentang hal tersebut, karena takut tidak bisa mengikuti materi perkuliahan. Subjek menyesal sudah memilih program studi psikologi, namun semuanya sudah terlanjur. Walaupun menyesal, namun subjek memiliki rencana untuk berkarir dibidang psikologi. Subjek akan memaksakan dirinya untuk kuliah S-2 psikologi jika memang diwajibkan oleh tempatnya bekerja, walaupun subjek tidak suka mempelajari psikologi. Hal tersebut akan dilakukannya hanya semata-mata untuk memperoleh jenjang karir yang bagus dengan gaji yang besar. Baginya, gaji yang besar akan membuatnya bahagia.
Subjek memilih program studi karena memprioritaskan gaji yang besar dari lulusan program studi tersebut. Subjek akan rela bekerja dengan beban yang sangat berat asalkan gajinya banyak, walaupun hal tersebut akan membuatnya stres. Subjek akan mengejar cita-citanya sebagai HRD walaupun harus bekerja di luar pulau Jawa.
Subjek merasa kurang nyaman dengan lingkungan pertemanan di Kampus, karena banya yang membentuk geng. Subjek memiliki teman di Kampus hanya sebatas teman biasa, tidak sampai menjadi teman dekat. Baginya, program studi psikologi di Unnes masih kalah kualitasnya dengan psikologi di Undip. Subjek merasa tidak ada yang istimewa dengan kenaikan akreditasi jurusan psikologi di Unnes. Subjek tidak akan memilih psikologi kalau dulu tahu bahwa psikologi merupakan program studi yang sulit, namun hal tersebut baru diketahuinya ketika sudah kuliah. Secara keseluruhan subjek cukup terbuka dengan pertanyaan interviewer, walaupun beberapa ada yang tidak mau diceritakan. Subjek merupakan individu yang cenderung introvert dan masih bersifat kekanak-kanakan.

B.     Interviewee 2
1.      Identitas Interviewee 2
a.    Nama                 : MS
b.    Usia                   : 20 tahun
c.    Jenis Kelamin    : Perempuan
d.   Pendidikan        : Mahasiswi S-1
e.    Program Studi   : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
f.     Semester            : 4 (empat)
g.    Kota Asal          : Demak
2.    Deskripsi Interviewee 2
MS merupakan mahasiswi program studi pendidikan bahasa dan satra Indonesia semester 4 di Universitas Negeri Semarang. Ia berasal dari kota Demak yang sekarang ini berusia 20 tahun. Ia mempunyai 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan. Orang tuanya saat ini masih bekerja dan mempunyai perekonomian yang kurang baik. Ketika SMA, subjek merupakan siswi dengan jurusan IPA. Baginya kuliah bahasa Indonesia tidak semudah yang dipikirkan ketika masih SMA. Ketika sudah kuliah bahasa Indonesia, ternyata materinya cukup sulit dan beban tugasnya juga sangat banyak. Walaupun cukup berat kuliah bahasa Indonesia, namun MS menikmati kuliahnya. MS suka dengan program studinya dan berencana akan tetap bertahan kuliah sampai lulus, demi membanggakan orang tuanya. Ia memiliki persepsi yang baik tentang program studinya. Ia mengetahui seluk beluk program studinya dengan sangat baik.

5.      Dinamika Psikologis Interviewee 2
Ketika SMA, subjek mengira bahwa kuliah bahasa Indonesia itu mudah, namun ketika sudah kuliah ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Kuliahnya itu termasuk rumit dan kebanyakan menganalisis kata-kata. Semester 4 merupakan semester yang menurutnya berat, karena hampir setiap hari ada tugas. Subjek mengenal program studi ini semenjak SMA dan yang dipikirkan pertama kali adalah prospek kerja lulusan dari bahasa Indonesia. Awalnya subjek tidak tertarik dengan bahasa Indonesia, namun akhirnya memilih program studi tersebut karena pihak SMA menyarankannya untuk kuliah di bahasa Indonesia.
Ketika tes SBMPTN, subjek memilih pilihan pertama pendidikan biologi karena suka mempelajari hal yang berhubungan dengan alam. Pendidikan bahasa Indonesia ditempatkannya dipilihan ketiga karena merasa kurang tertantang dan malas jika membaca karya sastra. Ketika sudah kuliah di bahasa Indonesia, subjek justru suka membaca karya sastra karena sudah biasa. Sebelum mengikuti tes SBMPTN, subjek mengikuti SNMPTN dengan pilihan pendidikan matematika dan bahasa Inggris, namun gagal karena tidak titerima.
Tugas kuliahnya sangat banyak, ketika semester 1 harus membaca 15 karya sastra. Walaupun banyak, namun subjek berusaha mengerjakan tugasnya dengan mencicil. Subjek berpandangan bahwa setiap program studi memiliki bebannya masing-masing, ada kemudahan dan kesusahannya. Baginya, program studinya lebih mudah dibandingkan dengan program studi yang lain. Dulu subjek tidak mempunyai minat membaca, namun semenjak kuliah mempunyai minat membaca yang tinggi karena merupakan tuntutan dalam kuliahnya. Subjek pernah berpikir bahwa program studinya itu sulit karena tugas kuliahnya yang sulit, namun kesulitan tersebut dijadikannya sebagai motivasi.
Subjek merasa berminat dan berbakat dibidang bahasa Indonesia, terutama dibidang jurnalistik. Orang tua awalnya membebaskann subjek dalam bercita-cita, namun orang tua ingin subjek menjadi guru. Walaupun orang tuanya seperti itu, namun subjek memberikan pengertian bahwa minatnya ada dibidang jurnalistik dan orang tua akhirnya mengerti. Orang tua subjek memberikan kebebasan dalam memilih program studi. Subjek yakin 100% bisa sukses berkarir dibidang bahasa Indonesia. Subjek merasa bahagia dan tidak menyesal karena sudah memilih kuliah bahasa Indonesia. Subjek memilih program studi bukan berdasarkan gaji dari prospek kerja lulusan kuliah tersebut, karena baginya berorientasi dalam keuangan akan membuatnya tidak ikhlas dalam melakukan sesuatu. Subjek memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan S-2.
Pandangan subjek tentang program studinya di Unnes sangat baik, karena akreditasi program studinya A. Menurutnya, dosen bahasa Indonesia di Unnes masih belum sesuai harapan dan belum baik. Kinerja dari dosen mempengaruhi pandangannya tentang Kampusnya. Walaupun demikian, subjek menilai bahwa fasilitas di Unnes sudah baik. Lingkungan pertemanan di Kampus menurutnya kurang baik dan membuatnya tertekan, namun hal tersebut tidak mempengaruhi pandangannya tentang Kampusnya. Subjek akan tetap meneruskan kuliahnya sampai lulus. Secara keseluruhan, subjek menjawab pertanyaan dengan baik dan terbuka dengan interviewer.
C.    Interviewee 3
1.    Identitas Interviewee 3
a.    Nama                 : DMD
b.    Usia                   : 19 tahun
c.    Jenis Kelamin     : Laki-laki
d.   Pendidikan        : Mahasiswa S-1
e.    Program Studi   : Pendidikan Teknik Mesin
f.     Semester            : 4 (empat)
g.    Kota Asal          : Jepara
2.    Deskripsi Interviewee 3
DMD merupakan mahasiswa program studi teknik mesin semester 4 di Universitas Negeri Semarang. Ia berasal dari kota Jepara yang sekarang ini berusia 19 tahun. Orang tuanya saat ini masih bekerja dengan kondisi ekonomi yang sederhana atau cukup. DMD merupakan lulusan SMK jurusan teknik mesin di Kudus. Pada dasarnya DMD memiliki cita-cita dari kecil sampai sekarang ingin menjadi insinyur. Cita-citanya tersebut tidak pernah berubah, tidak seperti kebanyakan orang yang cita-citanya berubah mulai dari anak-anak sampai dewasa. Ia merasa bahwa panggilan jiwanya ada dibidang teknik mesin. Ia memiliki persepsi dan pengetahuan yang cukup baik tentang program studinya. Ia akan mengejar cita-citanya sebagai insinyur dengan didukung oleh orang tuanya.
5.      Dinamika Psikologis Interviewee 3
Subjek memiliki pengetahuan yang baik tentang seluk-beluk program studinya, karena semenjak SMK sudah memiliki pengetahuan yang banyak tentang teknik mesin. Subjek suka mempelajari desain mesin. Subjek mengira bahwa kuliah teknik mesin akan banyak praktik seperti ketika SMK, namun ternyata kuliahnya justru focus mempelajari teori. Hal tersebut tidak sesuai dengan keinginannya yang ingin lebih banyak praktik daripada banyak mempelajari teori.
Subjek pernah merasa salah memilih jurusan, karena kesukaannya bukan hanya dibidang mesin. Hal tersebut segera hilang dari pikirannya karena sudah mantab ingin menjadi insinyur. Subjek merasa berbakat dan beminat untu kuliah di teknik mesin. Perasaannya dalam berbakat tersebut karena feeling. Orang tua subjek mendukungnya untuk menjadi insinyur. Orang tuanya memberikan kebebasan dan tidak memberikan pengaruh dalam pemilihan program studi. Subjek yakin sukses dibidang teknik mesin karena prospek kerjanya sangat bagus.
Subjek memiliki kebahagiaan dan ketidakbahagiaan selama kuliah. Kebahagiannya adalah bisa diterima di program studi yang sesuai dengan cita-citanya, namun ketidakbahagiaannya adalah ketika dosen tidak memberikan mata kuliah yang dibutuhkannya dan pengajaran dosen yang kurang professional. Baginya, fasilitas dan tenaga kerja di Unnes dalam bidang teknik mesin masih kurang.
Subjek dulu mengikuti SNMPTN dengan memilih program studi teknik mesin di Undip dan Unnes, namun tidak diterima. Karena gagal, subjek mengikuti tes SBMPTN teknik mesin pilihan pertama di UGM, pilihan kedua di Undip, dan pilihan ketiga di Unnes.  Pada akhirnya subjek diterima SBMPTN pilihan ketiga di Unnes. Subjek menyesal sudah diterima di Unnes karena fasilitasnya yang kurang sesuai harapan, namun hal tersebut berusaha diterimanya. Subjek akan tetap kuliah di Unnes sampai lulus untuk mengejar cita-citanya. Ketika sudah lulus, subjek akan berkarir dibidang teknik mesin. Subjek memiliki minat untuk melanjutkan kuliah S-2 teknik mesin karena kecintaannya pada bidang tersebut.
Baginya, tugas kuliahnya cukup sulit. Walaupun sulit, namun subjek merasa tertantang untuk mempelajarinya dan memiliki pandangan bahwa teknik mesin itu keren karena hampir mempelajari semua bidang ilmu. Tugas kuliah yang sulit juga mempengaruhi pandangannya tentang program studinya. Subjek memilih program studi bukan berdasarkan pada gaji yang bisa dihasilkan ketika sudah lulus, namun lebih kepada ketertarikan dan kecintaannya pada dunia teknik mesin. Pada dasarnya subjek merupakan individu yang menjawab pertanyaan dengan to the point dan cukup terbuka dengan interviewer.
D.    Interviewee 4
1.    Identitas Interviewee 4
a.    Nama                 : TP
b.    Usia                   :  22 Tahun
c.    Jenis Kelamin    : Laki-laki
d.   Pendidikan        : Mahasiswa S-1
e.    Program Studi   : Kesehatan masyarakat
f.     Semester            : 10
g.    Kota Asal           : Kebumen
2.    Deskripsi Interviewee 4
TP merupakan mahasiswa program studi kesehatan masyarakat semester 10 di Universitas Negeri Semarang. Ia berasa dari kota Kebumen yang sekarang ini berusia 22 tahun. TP lulus SMA dengan jurusan IPA. Orang tuanya masih bekerja dan memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik. Saat ini ia masih dalam proses skripsi. Ketika semester 8, skripsinya ditolak karena judulnya sudah terlalu umum, sehingga ia harus mengulang skripsi dari awal lagi. Ia memiliki ketertarikan dibidang kesehatan. TP pernah bercita-cita menjadi dokter, namun ia membatalkan cita-citanya. Ia merasa kuliahnya sudah sesuai dengan minatnya dibidang kesehatan. Walaupun terlambat lulus, namun ia akan tetap berusaha menyelesaikan kuliahnya sampai lulus. TP termasuk mahasiswa yang mempunyai persepsi yang cukup baik tentang program studinya.
 
5.      Dinamika Psikologis Interviewee 4
            Subjek sangat paham dengan seluk-beluk program studinya. Subjek pertama kali mengenal program studi kesehatan masyarakat ketika ada sosialisasi di SMAnya, yaitu ketika kelas 3 SMA. Yang dipikirkan ketika pertama kali mengetahui program studi tersebut adalah tentang prospek kerjanya. Menurutnya, potensi dari program studi tersebut dalam lapangan pekerjaan cukup bagus. Sejak dulu subjek memiliki ketertarikan dibidang kesehatan. Subjek pernah bercita-cita menjadi dokter, namun gagal karena ditolak ketika mendaftar program studi dokter. Subjek memilih kesehatan masyarakat karena program studi tersebut masih satu bidang dan biaya kuliahnya lebih murah daripada kuliah kedokteran.
            Subjek memiliki pandangan yang sama tentang program studinya, baik sebelum kuliah maupun sudah kuliah. Baginya, program studi kesehatan masyarakat termasuk sulit karena banyak menghapalkan materi kuliah. Subjek menganggap bahwa program studi kesehatan masyarakat itu keren, karena dianggap mahasiswa program studi tersebut pintar oleh dosen, bahkan dianggap dosennya sebagai program studi yang lebih pintar daripada yang lain.
            Subjek merasa berminat dan berbakat dibidang kesehatan masyarakat. Ia merasa bahwa passionnya ada dibidang kesehatan dan merasa sudah tepat memilih program studi. Merasa masih bingung dengan bakat yang paling unggul, karena memiliki bakat dibidang musik dan komputer. Pada dasarnya orang tua menyetujui semua pilihan program studinya dan orang tua memiliki pengaruh dalam proses pemilihan tersebut. Orang tua tidak menuntutnya dalam hal bercita-cita. Bapaknya pernah mengarahkannya untuk kuliah di pertanian, namun subjek tidak mau karena tidak suka dengan pertanian. Pada akhirnya bapaknya menyerahkan semua keputusan pemilihan program studi kepada subjek.
            Subjek dulu tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti jalur seleksi PTN undangan. Pernah mengikuti SNMPTN kesehatan masyarakat di UGM, namun tidak sungguh-sungguh karena sudah diterima di Unnes. Subjek diterima di Unnes lewat jalur seleksi mandiri. Subjek cukup yakin bisa sukses dengan memilih program studinya ini, karena prospek kerjanya banyak. Bekerja di pabrik bisa mendapatkan gaji yang banyak, namun ia lebih memilih untuk bisa bekerja di dinas kesehatan.
            Subjek memiliki harapan supaya ilmunya yang dipelajarinya bisa bermanfaat. Subjek merasa sangat bahagia telah memilih program studi ini karena sudah sesuai dengan keinginannya. Menurutnya, tugas kuliahnya lumayan sulit karena harus melakukan penelitian. Subjek pernah berpikir bahwa program studinya sulit karena tugas kuliahnya yang sulit. Kesulitannya terletak pada masalah untuk mencari responden. Walaupun sulit, subjek akan tetap menyelesaikan kuliahnya sampai lulus. Subjek tidak memiliki keinginan untuk pindah program studi. Subjek memiliki hambatan dalam hal proposal skripsi, karena cukup sulit mencari referensi buku.
            Ia akan berencana untuk berkarir dibidang kesehatan. Subjek memiliki minat untuk meneruskan jenjang pendidikan S-2 kesehatan masyarakat, karena orang tua juga memiliki keinginan tersebut. Subjek tidak memilih program studi berdasarkan gaji yang banyak yang bisa dihasilkan dari lulusan program studi tersebut, namun lebih kepada passion.
            Subjek berpandangan bahwa program studi kesehatan masyarakat di Unnes kalah baik dengan Undip, namun kuliah di Unnes lebih mudah daripada kuliah di Undip. Cara pengajaran dosennya ada yang sesuai dengan harapannya dan ada yang tidak. Kebanyakan dosennya adalah dokter. Kekurangan dari program studinya adalah kekurangan laboratorium dan belum menjadi fakultas, sehingga ketika melakukan penelitian menjadi kurang maksimal. Lingkungan pertemanan menurutnya sudah baik dan nyaman. Kondisi lingkungan pertemanan mempengaruhi pandangannya tentang program studinya. Subjek terbuka dengan pertanyaan interviewer dan cukup lancar dalam menjawan pertanyaan.


E.     Interviewee 5
1.        Identitas Interviewee 5
a.    Nama               : FEN
b.    Usia                 : 23 tahun
c.    Jenis Kelamin : Laki-laki
d.   Pendidikan      : Mahasiswa S-1
e.    Program Studi : Pendidikan Sejarah
f.     Semester          : 8 (delapan)
g.    Kota Asal        : Rembang
2.        Deskripsi Interviewee 5
FEN merupakan mahasiswa program studi pendidikan sejarah semester 8 di Universitas Negeri Semarang. Ia berasal dari kota Rembang yang sekarang ini berusua 23 tahun. Orang tuanya masih bekerja untuk membiayai kuliahnya dengan kondisi ekonomi yang sangat baik. Ayahnya bekerja sebagai dosen. Ia memilih program studi pendidikan sejarah karena memang menyukai pelajaran sejarah. Sebenarnya FEN kuliah bukan karena kemauannya sendiri, namun karena kemauan orang tuanya. Ia kuliah lebih berfokus untuk memperoleh ijazah, karena baginya ijazah merupakan barang yang sangat berharga untuk bekal masa depannya. Walaupun saat ini skripsinya belum selesai, namun ia akan tetap kuliah sampai studi S-1 nya selesai.

5.      Dinamika Psikologis Interviewee 5
Subjek paham tentang seluk-beluk program studinya. Ia mengenal program studi tersebut secara rinci sejak kuliah, namun mengetahui pelajaran sejarah sejak SD. Awalnya pertama kali mengetahui program studi tersebut ketika kelas 3 SMA. Subjek ingin mendalami sejarah karena memang suka dengan pelajaran tersebut. Pernah berpikir bahwa kuliah sejarah hanya mempelajari sejarah, namun ternyata tidak. Merasa tidak berbakat dibidang sejarah, namun memiliki minat untuk mempelajarinya. Ia memilih feeling bahwa program studi ini adalah yang terbaik untuknya.
Ketika SMA, ia suka dengan pelajaran sejarah, namun bukan termasuk pelajaran yang sangat difavoritkan. Nilai mata pelajaran sejarahnya ketika SMA termasuk bagus. Orang tuanya mengarahkan subjek untuk memilih program studi dengan memikirkan prospek kerjanya, tetapi subjek lebih memikirkan pada kesukaannya mempelajari sejarah. Orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam pemilihan program studi. Orang tuanya mendukung untuk kuliah di pendidikan sejarah, karena melihat subjek berpotensi dipelajaran tersebut. Pada dasarnya orang tuanya membebaskan subjek untuk memilih program studi dan menginginkan subjek supaya bisa mendapatkan gelar sarjana. Semua pilihan program studi diputuskan oleh subjek.
Subjek memiliki cita-cita untuk menjadi pengusaha. Kuliahnya hanya sebagai sampingan karena kesukaannya dengan sejarah. Subjek tidak mau gagal dalam berwirausaha, pokoknya harus sukses. Ketika usahanya untuk berwirausaha belum berkembang dengan baik, maka subjek akan mengandalkan ijazah sejarahnya untuk menajdi pegawai. Subjek tidak yakin bisa sukses dengan memilih program studi sejarah, karena hal tersebut tidak bisa dijadikan acuan kesuksesan. Yang terpenting baginya adalah mendapatkan ilmu pengetahuan sejarah serta ijazah S-1.
Subjek merasa bahagia karena bisa kuliha di program studi yang sesuai dengan minatnya. Ia tidak pernah menyesal dengan keputusannya memilih program studi ini. Baginya, tidak harus berprofesi sesuai dengan program studinya karena bekerja dibidang lain juga bisa. Ia belum memiliki pikiran untuk melanjutkan S-2, karena belum memiliki minat. Tugas kuliahnya cukup berat karena waktu pengumpulan tugasnya yang bersamaan dengan tugas-tugas yang lain, bukan karena materinya sulit. Hal tersebut tidak mempengaruhi pandangannya tentang program studinya, karena menurutnya sejarah itu asyik dan santai. Subjek tidak pernah memilih program studi berdasarkan gaji yang akan didapatkan ketika sudah bekerja, namun lebih karena kesukaan. Baginya, Kalau tidak senang dengan program studinya, maka walaupun sukses tetap tidak akan merasa bahagia.
Program studi sejarah di Unnes sudah bagus, namun masih kalah dengan universitas yang lain. Menurutnya, sejarah di Unnes adalah yang paling bagus se Kota Semarang. Dulu ia diterima lewat jalur mandiri. Dulu pernah memilih pendidikan bahasa Indonesia, karena menurutnya kuliah bahasa Indonesia itu mudah. Kebetulan ayahnya dulu kuliah program studi bahasa Indonesia, sehingga ia terinspirasi dari ayahnya. Ketika seleksi PTN, pilihannya adalah pendidikan bahasa Indonesia dan pendidikan sejarah, karena kedua bidang pelajaran tersebut yang paling dikuasainya.
Lingkungan kampusnya enak dan nyaman, dosennya juga tidak memberatkan. Ada beberapa dosen yang mempersulitnya dengan tugas kuliah yang cukup berat. Menurutnya, dosen sejarah di Unnes berkualitas sesuai dengan harapannya, karena dosennya kebanyakan professor, namun memiliki kekurangan dalam metode pengajaran. Fasilitas di Unnes sudah mendukung dan sudah baik. Subjek terbuka dengan jawabannya dan santai dalam menjawab pertanyaan.


DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: Unnes Press
Gerungan, W.A. 1996. Psikologi Sosial/Edisi Kedua. Bandung: PT Refika Aditama
Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi/Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia
https://www.selasar.com/budaya/salah-jurusan-siapa-yang-salah
https://janarusaja.wordpress.com/2014/03/14/persepsi-calon-mahasiswa-terhadap-program-studi-sastra-jepang-fakultas-sastra-universitas-komputer-indonesia-penelitian-terhadap-siswa-sma-dan-smk-di-kota-bandung-dan-sekitarnya/
  NB: Maaf untuk transkrip wawancara tidak saya ditampilkan karena terlalu banyak jumlah halamannya dan untuk lembar persetujuannya tidak saya tampilkan karena saya rasa Anda bisa mencari sendiri formatnya.

0 comments:

Post a Comment

 

Tentang Pemilik Blog Ini

Lagu

Blogger news


Blogger templates