LAPORAN UAS
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF
PADA
ANAK USIA DINI
DENGAN PERMAINAN PUZZLE
Laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metode
Pengembangan Bahasa, Kognitif dan Kreatifitas
yang diampu oleh ibu Sugiariyanti, S.Psi., M.A.
Disusun oleh :
Riko Septyan Nor Saputra
(1511413127)
JURUSAN
PSIKOLOGI
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2016
______________________________________________________
1.
IDENTITAS
ANAK
a. Nama
Anak : RWZ
b. Usia :
2 tahun 2 bulan
c. Pendidikan
: Belum sekolah
d. Jenis
Kelamin : Laki-laki
e. Anak
ke : 2 (dua)
f. Agama : Islam
g. Nama
Ayah : S
h. Nama
Ibu : SR
2.
KEGIATAN
DAN WAKTU PELAKSANAAN
a.
Tema :
Makhluk Hidup (Binatang)
b.
Waktu :
Jumat, 8 Januari 2016. Pukul 13.45 WIB
c.
Tempat :
Sekaran, Gunung Pati, Semarang.
d.
Fasilitator : Riko Septyan Nor Saputra
3.
TUJUAN
UJI COBA
a. Mengenalkan
anak tentang makhluk hidup, khususnya binatang
b. Mengenalkan
kepada anak tentang binatang yang hidup di darat
c. Mengembangkan
daya kognitif anak dengan bermain puzzle
d. Melatih
anak dalam mengembangkan kemampuan problem
solving
e. Melatih
anak memahami konsep sebab akibat dalam bermain puzzle
f. Mengembangkan
koordinasi mata dan tangan pada anak
g. Melatih
kesabaran anak dalam menyelesaikan puzzle
h. Mengembangkan
sikap daya juang atau sikap tidak menyerah pada anak
i. Melatih
keterampilan motorik halus anak dengan cara memegang dan menyusun potongan
puzzle
4.
PERMAINAN
DENGAN MENGUNAKAN PUZZLE
Anak usia 2-3 tahun tentunya masih sangat senang
bermain. Apalagi ketika orang tua masih sibuk dengan pekerjaannya, seorang anak
seringkali diberikan permainan dan dibiarkan anak bermain sendiri. Permainan
yang diberikan kepada anak usia 2-3 tahun tentu permainan yang tidak
membahayakan, akan tetapi permainan yang dapat menambah pengetahuan anak.
Kemampuan dan minat bermain pada anak usia 2 tahun meliputi kemampuan motorik
(gerak), kognitif (kemampuan berpikir dan mengamati) dan kemampuan afektif
(kemampuan berbahasa dan bersosialisasi). Kemampuan tersebut akan sangat
penting karena tidak semua anak pada usia ini melakukan seluruh kemampuan dan
minat tersebut.
Anak usia 2-3 tahun termasuk dalam tahap perkembangan
kognitif praoperasional oleh Piaget, yaitu menjelaskan dunianya dengan
kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan
fisik. Konsep stabil mulai terbentuk dan pemikiran mental mulai muncul. Secara
kognitif, anak usia 2 tahun memahami pengarahan sederhana dan bisa
mengidentifikasi gambar. Anak usia 2-7 tahun memiliki penguasaan sempurna akan
objek permanen dimiliki. Artinya, si anak memiliki kesadaran akan eksisnya suatu
benda yang harus ada atau biasa ada. Anak juga mengembangkan peniruan yang
tertunda seperti ketika ia melihat perilaku orang lain seperti saat orang
merespons barang, orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lalu. Di
samping itu juga anak mulai mampu memahami sebuah keadaan yang mengandung
masalah, setelah berpikir sesaat, lalu menemukan reaksi ‘aha’ yang merupakan
pemahaman atau ilham spontan untuk memecahkan masalah versi anak-anak.
Periode tiga
tahun pertama kehidupan anak merupakan periode dimana otaknya berkembang sangat
pesat. Sebuah penelitian menjelaskan, kerja otak anak pada masa tiga tahun
pertama ini jauh lebih baik daripada orang jenius sekalipun. Untuk itu batita
memerlukan rangsangan yang positif dan tepat agar perkembangan otaknya bisa
optimal. Salah satu rangsangan ini bisa datang dari mainan yang bersifat edukatif
dan dapat mendukung kemampuan kognitif anak, salah satunya adalah mainan
puzzle.
Puzzle
adalah permainan klasik yang bisa dimainkan anak mulai usia 1 tahun. Puzzle memang bukan asli
dari Indonesia, karena pada awalnya puzzle adalah produk impor. Kini mainan ini
telah tersedia di berbagai toko mainan, bahkan di toko buku. Puzzle ternyata
dapat membantu anak belajar memecahkan masalah. Dengan mencoba beberapa cara
memasangkan kepingan berupa potongan-potongan gambar, balita dilatih untuk
berpikir kreatif. Permainan puzzle juga mengasah ketekunan anak dalam
memecahkan masalah. Ketika jemari mungilnya harus memasangkan kepingan tipis puzzle,
maka bermain puzzle akan mengasah keterampilan motorik halus. Semakin terampil jari
jemari balita memasangkan kepingan sesuai bentuk tepian, maka akan semakin
mudah dilakukan.
Puzzle adalah
permainan yang menarik bagi anak karena pada dasarnya anak menyukai warna dan
bentuk, namun bermain puzzle membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Mainan Puzzle
dapat membantu anak-anak membangun keterampilan inti yang akan mereka butuhkan
untuk membaca, menulis, memecahkan masalah, dan mengkoordinasikan
pikiran serta tindakan yang akan mereka gunakan di sekolah dan ke
depannya nanti. Anak yang terbiasa bermain puzzle sejak kecil umumnya akan
tumbuh menjadi anak yang bersikap tenang, sabar, dan tekun dalam menyelesaikan
sesuatu. Hal tersebut disebabkan karena puzzle melatih anak untuk
berkonsentrasi dan belajar memecahkan masalah (problem-solving), sehingga meningkatkan keterampilan kognitifnya.
Puzzle juga melatih koordinasi tangan dan mata anak saat ia berusaha
mencocokkan berbagai potongan dan bentuk yang ada.
Puzzle
melatih koordinasi antara mata dengan tangan. Anak harus menggunakan potongan
puzzle dan mencobanya dengan lebih giat dengan mengkoordinasikan penglihatannya
dengan tangannya supaya bisa berhasil menyusun puzzle menjadi satu gambar yang
utuh. Menyusun game puzzle juga menuntut anak untuk melakukan pemecahan masalah
dan keterampilan penalaran. Anak-anak selalu dihadapkan dengan masalah-masalah
kecil yang harus diselesaikan dalam rangka untuk menyelesaikan puzzle supaya
berhasil. Misalnya, ketika tersisa beberapa potongan terakhir yang memiliki
bentuk dan warna hampir sama, maka anak harus menentukan mana yang cocok dan
ini biasanya dilakukan dengan proses eliminasi, yaitu mencobanya satu persatu
bagian di setiap lubang sampai terpasang dengan benar. Dengan waktu, anak-anak
mampu memecahkan masalah-masalah kecil ini jauh lebih cepat.
Permainan
puzzle bisa melatih daya kreatifitas anak. Mereka menikmati melihat gambar pada
kotak dan menyelesaikannya. Dengan menikmati gambar puzzle, anak akan
terangsang untuk menggambar dan melukis yang bisa memicu pengembangan
kreatifitasnya. Permainan puzzle biasanya sering membuka pintu untuk
peningkatan kreativitas anak. Selain kreatifitas, puzzle juga melatih
konsentrasi, logika, memperkuat daya ingat, mengenalkan konsep hubungan,
berpikir sistematis yang secara otomatis meningkatkan daya kognitifnya. Motorik
halus anak secara otomatis juga terlatih dengan bermain puzzle, karena anak
harus memagang potongan-potongan puzzle. Memadukan atau memasangkan kepingan
puzzle membantu anak memahami logika sebab akibat dan gagasan bahwa objek yang
utuh sebenarnya tersusun dari bagian-bagian yang terkecil. Sebagaimana halnya
dengan kemampuan anak menyusun menara dari balok, kemampuan anak bermain puzzle
pun berkembang secara bertahap.
Selain memiliki
banyak manfaat dalam bermain puzzle, membuat alat peraga puzzle juga cukup
mudah dan relatif murah. Alat-alat dan bahan dalam pembuatan puzzle bisa mudah
didapatkan dimana saja. Bermain puzzle merupakan salah satu sarana yang cocok
untuk mengembangkan kognitif anak usia 2 tahun karena anak mulai memahami
dunianya dengan gambar. Warna-warna yang menarik pada kepingan puzzle membuat
anak menjadi termotivasi dalam bermain puzzle karena pada dasarnya anak-anak
tertarik dengan gambar yang berwarna-warni.
5. ALAT DAN BAHAN
Alat
dan bahan yang di gunakan untuk membuat puzzle adalah :
1. Kertas
foto binatang 2 lembar, berukuran @17X22 cm
2. Sterofoam
dengan ketebalan 1 cm
3. Lem
kertas
4. Gunting
5. Cutter
6. Isolasi
6.
LANGKAH
PELAKSANAAN
1. Mempersiapkan
semua alat dan bahan, lalu merangkainya menjadi puzzle
2. Menjelaskan
kepada anak tentang cara bermain puzzle, yaitu dengan cara mengacak puzzle lalu
meminta anak untuk menyusun potongan puzzle sampai menjadi satu kesatuan gambar
yang utuh dan benar.
3. Mengacak
potongan puzzle
4. Mengajak
anak bermain puzzle
5. Membimbing
dan mengarahkan anak untuk menyatukan potongan puzzle sampai menjadi satu
kesatuan gambar yang utuh
6. Bertanya
tentang gambar puzzle yang berhasil disusun
7. Pembelajaran
selesai.
7.
HASIL
PELAKSANAAN
a.
Observasi
Subjek yang masih berusia 2 tahun 2 bulan belum pernah diberi mainan
puzzle oleh orang tuanya, sehingga subjek belum memiliki pengalaman dalam
bermain puzzle. Observer memberikan 2 puzzle yang dibuat sendiri kepada subjek,
yang pertama adalah gambar hewan hamster dengan 4 potongan, dan yang kedua adalah
gambar kucing dengan 6 potongan. Observer memberikan penawaran kepada subjek
untuk memilih salah satu puzzle untuk dimainkan. Dari kedua puzzle yang
observer buat, subjek menunjuk-nunjuk gambar puzzle kucing yang artinya adalah
subjek lebih tertarik dengan gambar puzzle kucing. Subjek memegang puzzle
gambar kucing dan membolak-balikkan puzzle.
Ketika observer memberi puzzle, subjek kelihatan masih belum paham dengan
instruksinya karena masih asing dengan puzzle. Observer berusaha membongkar
potongan puzzle dan subjek mengamati potongan gambar puzzle. Subjek memegang
potongan puzzle dan menyusunnya. Saat subjek pertama kali berusaha menyusun
potongan puzzle yang sudah observer acak, subjek belum bisa menempatkan gambar
dengan tepat dan sering kali potongan puzzle ditempatkan dengan posisi putaran
yang terbalik. Terlihat subjek asal-asalan dalam menyusun potongan puzzle
karena masih belum paham. Subjek masih belum mengerti dan masih beradaptasi
untuk memahami maksud dari permainan ini. Observer berusaha membantu subjek
supaya bisa berhasil menyusun potongan puzzle. Ketika sudah berhasil menjadi
sebuah gambar, observer menawari subjek untuk mencobanya lagi dan subjek
bersedia. Terlihat subjek memiliki usaha untuk menyelesaikan potongan puzzle
yang sudah diacak lagi tersebut.
Observer menawari subjek untuk mencoba puzzle gambar hamster yang
memiliki tingkat kesulitan lebih rendah karena hanya memiliki 4 potongan gambar
saja. Subjek memegang 1 potong gambar dan menyusunnya dengan benar. Potongan
gambar kedua hampir benar penempatannya, namun masih terbalik putaran
gambarnya. Dalam puzzle gambar hamster ini, subjek mengalami peningkatan
pemahaman dan penalaran yang baik. Selama bermain puzzle, subjek tenang dan
tidak berbicara. Terlihat selama bermain puzzle subjek memiliki wajah yang
datar. Ketika observer bertanya tentang nama hewan di gambar tersebut, subjek
hanya diam saja dan observer memberitahu penjelasan tentang gambar tersebut.
Subjek terlihat memiliki keinginan tahuan yang besar dengan berusaha membongkar
puzzle yang sudah berhasil disusun dan terus mencobanya sampai berhasil.
Subjek menunjuk puzzle gambar kucing untuk dimainkan. Puzzle ini yang
terdiri atas 6 potongan gambar terlihat masih membuat subjek belum paham karena
memiliki tingkat kesulitan yang lebih sulit dari 4 potong gambar, namun subjek
masih tetap berusaha menyelesaikannya sampai selesai. Observer masih membantu
dan mengarahkan subjek. Subjek terlihat menikmati permainan puzzle ini.
Beberapa kali subjek menyelesaikan puzzle, meminta untuk membongkarnya lagi
lalu memainkannya lagi.
b.
Evaluasi
Hasil
Subjek masih belum paham dan terlihat sulit memahami permainan puzzle ini
diawal karena memang sebelumnya belum memiliki pengalaman dalam bermain puzzle.
Walaupun belum begitu paham, namun subjek memiliki usaha untuk menyelesaikan
potongan puzzle sampai berhasil. Subjek belum bisa ditinggalkan tanpa orang
tuanya, sehingga subjek harus didampingi oleh orang tuanya dan beberapa kali
orang tua subjek ikut membantu dan mengarahkan subjek dalam menyusun potongan
puzzle. Setelah beberapa kali mencoba, subjek mengalami perubahan pemahaman
yang baik dalam bermain puzzle, yaitu dari yang awalnya bingung menjadi bisa. Suasana
lingkungan tempat uji coba permainan ini sangat mendukung dengan baik dan
tenang, sehingga membuat konsentrasi subjek menjadi baik dalam bermain puzzle.
Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
http://www.kompasiana.com/harlinadwirahmasari/permainan-anak-usia-2-3-tahun_54f73fbba33311b2708b47c9
http://www.uin-alauddin.ac.id/download-04%20Karakteristik%20Perkembangan%20Anak%20Usia%20Dini%20-%20Ulfiani%20Rahman.pdf
0 comments:
Post a Comment